Mad at That Song

 

“I Mad at Disney” suka lagunya? Sorry sorry aja nih ya, sebagai penggemar Disney, aku malah “I mad at that song”, ya aku marah sama lagu itu. Karena seakan akan menetapkan semua cerita Disney itu tidak berfaedah dan mengaburkan arti nilai dari cinta yang sebenarnya. Seakan-akan anak-anak dan kita yang sudah dewasa tidak bisa belajar dari kisah-kisah klasik dan menarik dari Disney. Aku sangat tidak setuju dengan pemikiran dan makna judul lagu itu.

Aku yakin, pembuat lagu mungkin hanya melihat cerita-cerita Disney itu dari satu sisi saja. Tentang pangeran berkuda putih yang menolong putri. Ga semua pangeran itu ganteng kok di Disney. Contohkan saja seperti di film “Beauty and The Beast”.

Aku kira kita semua sudah menonton filmnya yah. Film itu adalah film Disney yang sedari dulu hingga sekarang menjadi film terfavorite ku. Dari sana aku belajar jatuh cinta itu tidak harus memandang fisik, tidak selalu harus kepada seseorang yang sempurna, seperti Belle yang mampu mencintai seorang buruk rupa. Aku belajar bagaimana seseorang itu sebenarnya dinamis dan bisa belajar dari kesalahannya, bisa berubah menjadi lebih baik, seperti Si Buruk Rupa yang mau belajr dan AlhamduliLlah di ending cerita, dia jadi pangeran yang baik tidak seperti awalnya yang sombong dan kasar. Aku juga belajar bagaimana kesombongan itu bisa menghancurkan kita, seperti yang terjadi pada Gaston, bila dia memilih hingga akhir tidak mawas diri. Lalu bagaimana Belle menyayangi ayahnya, padahal ayahnya di sebut orang gila karena menciptakan mesin-mesin aneh, Belle tetap menghargai dan menghormati ayahnya, mendukung dan mencintainya. Aku juga belajar tentang kesabaran, kalau kita tabah dan menjalani ujian dengan baik, Tuhan pasti memberi jalan, seperti bagaimana Lumière, Cogsworth dan kawan-kawan sabar terhadap kutukan. Ah, kalau saya sebutkan satu-satu masih banyak pembelajaran yang bisa di ambil dari film-film disney itu.

Jadi dalam menilai suatu realitas, coba pahami secara holistik dan terkadang perlu memperhatikan detail. Jangan sampai menilai segala sesuatu dari satu sisi dan kaku pada suatu pendapat tertentu saja. Seperti pada film-film Disney ini, kalau kita melihatnya secara lebih dalam dan menyeluruh, buat apa kita capek-capek marah ke Disney. Justru kita berterimakasih, selain sebagai hiburan, banyak juga hikmah, amanat dan pembelajaran yang kita dapat darinya.

Seperti malam tahun baru 2021 ini, aku menonton “Soul” bersama keluarga. Aku ga mau spoiler yah. Inti pembelajarannya adalah kita bisa menemukan passion, grit dan semangat hidup di dunia ini. Aku bahkan mau menonton ulang film ini. Seru sekali. So, Are you still mad at Disney? Up to you.

Comments

Popular posts from this blog

Kangen Uwa

Hobi Belanja

Penyaluran EMOSI